Rp 35.000
Jl. Balaidesa No 28 Jati Rasa, Jatiasih Bekasi
SEJARAH TANAMAN KOPI DI INDONESIA - Biji kopi Arabika pertama kali ditanam di pulau Jawa, khususnya di daerah Kedawung, perkebunan dekat Batavia (kemudian menjadi Jakarta) oleh pemerintah Belanda pada 1696 , dibawa langsung oleh kepala kapal dagang Belanda Adrian van Ommen dari Malabar, India. Upaya ini gagal karena gempa dan banjir yang terjadi pada waktu itu. Pemerintah Belanda melakukan upaya penanaman kedua dengan memperkenalkan stek kopi Malabar dan berhasil. Kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga digunakan sebagai benih untuk semua perkebunan yang dikembangkan di Indonesia. Pemerintah Belanda akhirnya memperluas wilayah pertumbuhannya ke Sumatra, Sulawesi, Bali, Timor, dan pulau-pulau Indonesia lainnya.
Pada 1706, ketika pemerintah Belanda perlahan-lahan menanam kopi di Jawa, biji kopi yang tumbuh di tepi Ciliwung dikirim ke Kebun Raya Amsterdam untuk tujuan penelitian. Hasilnya berkualitas baik.
Lima belas tahun kemudian, kurang lebih pada tahun 1711, Bupati Cianjur, Raden Aria Wira Tanu III, mengirim sekitar 4 kwintal kopi ke Amsterdam, dan ekspor kopi pertama telah mengalahkan rekor harga lelang. Pada 1714, raja Prancis Louis XIV meminta benih Coffea arabica var. Arabika atau biasa disebut Coffea arabica L. var. typica (selanjutnya Tipika) dari walikota Amsterdam, Nicolaes Witsen. Ini karena Raja Perancis memahami bahwa kopi di pulau Jawa telah memperoleh harga tertinggi pada sebuah lelang di Amsterdam, Belanda. Dia ingin variasi kopi menjadi bagian dari Kebun Raya Jardin des Plantes di Paris, Prancis. Biji kopi Jawa dari kebun raya Jardin des Plantes dibawa oleh perwira angkatan laut Prancis ke Martinique, salah satu koloni Perancis di Karibia.
Pada 1726, tidak kurang dari 2.145 ton kopi dari Jawa membanjiri benua Eropa, menghancurkan kopi mocha Yaman, yang sebelumnya merupakan pemimpin pasar. Dan karena itu, kopi Jawa mulai dikenal sebagai kopi Jawa.
Benih yang disumbangkan oleh Nicolaes Witsen pertama kali tumbuh di pantai Ciliwung, seperti Kampung Melayu dan Jatinegara, atau sebelumnya dikenal sebagai Meester Cornelis, yang merupakan area awal perkebunan kopi di Jawa dan benih ditanam. dibawa oleh Belanda dari Sri Lanka.
Selain itu, pada awal 1720-an, Belanda juga mengirim biji kopi Jawa ke Suriname, tergoda oleh tingginya harga yang terakhir, untuk membuka perkebunan di sana. Dari dua lokasi ini, biji kopi Jawa telah menyebar ke Amerika Tengah dan Selatan. Jejak kakinya terlihat di Amerika Latin, khususnya di Ethiopia. Ada varietas tifus di mana merek Blue Mountain ditanam di Jamaika dan Geisha atau Gesha, di mana namanya mengacu pada nama dusun penghasil kopi di Ethiopia yang tumbuh di Panama. [6]
Abad ke-19
Biji kopi yang sudah digoreng
Pada masa kebudayaan atau Cultuurstelsel, sekitar tahun (1830 - 1870), pada masa penjajahan Belanda di kepulauan itu, mereka membuka perkebunan komersial di koloni mereka di Hindia Belanda, terutama di Jawa , Sumatra dan Indonesia bagian timur. Jenis kopi yang ditanam adalah arabika yang diimpor langsung dari Yaman. Pada awalnya pemerintah Belanda menanam kopi di sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi, Bogor, Mandailing dan Sidikalang. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra, Sulawesi, Timor, dan Flores.
Pada tahun 1878, di hampir semua wilayah perkebunan kopi Indonesia, terutama di dataran rendah, dirusak oleh parasit karat daun (Hemileia vastatrix - HV), kopi tersebut kemudian jenis Arabika. Penyakit ini adalah jamur yang memakan daun seperti karat yang menggiling besi. Petani nantinya akan menyebutnya penyakit karat daun.
Baca juga:
Reviews:
Post a Comment